PT. Bank Central Asia Tbk (BCA), akan merubah PT. Bank Royal Indonesia menjadi bank digital. Targetnya, transformasi bank Royal menjadi bank digital bakal mulai dilaksanakan pada kuartal II-2020 mendatang.
"Bank Royal akan kita proyeksikan menjad bank digital, saat ini kami masih merampungkan proses akuisisi. Juni 2020 akan mulai trial digital operation,"kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiatmadja saat paparan kinerja BCA Kuartal III-2019, Senin (28/10) di Jakarta
BCA mengakuisisi 100% saham Bank Royal pada April 2019 lalu. Dana yang digelontorkan diperkirakan mencapai Rp 1 Triliun.
Direktur BCA Vera Eve Lim menambahkan, Bank Royal kelak akan tetap menjadi entitas mandiri, tidak melebur dengan BCA. Namun, bisnis digitalnya dirancang agar terintegrasi. "Tentunya kita mau berkolaborasi juga ekosistemnya lebih bagus," katanya.
Sebelum mengumumkan akuisisi Bank Royal, BCA juga sempat diisukan akan membeli Bank Artos uang juga merencanakan transformasi untuk menjadi bank digital. Namun, BankArtos mendapat investor lain yakni Jerry Ng dan Patrick Walujo
Selain itu untuk mewujudkan rencana transformasinya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama Bank Artos Deddy Triyana mengatakan, perseroan akan menerbitkan 15 miliran saham baru."Nilai rights issue yang direncanakan sekitar Rp 1,5 triliun sampai Rp 1,6 triliun," kata Deddy di Gedung BEI, Jakarta, Senin (14/10) lalu.
Rencananya right issue dilaksanakan setelahproses akuisisi 51% saham Bank Artos oleh Jerry Ng dan Patrick Walujo rampung. Saat ini proses akuisisi 51% Bank Artos dalam tahap permohonan izin ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bank Artos menargetkan persetujuan akuisisi dari OJK bisa terbit pada minggu pertama November 2019. Dengan begitu, penutupan jual beli saham antara oembeli dan penjual bisa rampung pasa 12 November 2019.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mendorong pembentukan bank digitual alias bank virtual. Apalagi, beberapa negara telah memiliki bank virtual seperti di Singapura dan Hongkong
Bank virtual merupakan institusi keuangan tabpa kantor cabang fisik dimana semua transaksi dilakukan secara daring (online). "Indonesia juga akan menuju kesana (seperti Hongkong dan Singapura)," ujar Deputi Komisioner OJK Institure dan Keuangan Digital OJK Sukarela Batunanggar.
Ia mengungkapkan transformasi digital pada perbankan tidak hanya pada proses bisnis tetapi juga mencakup bisnis model. Untuk itu, bank diharapkan bisa lebih responsif dan inklusif.
Kelahiran bank digital sendiri, kata dia memiliki dua pola. Pertama, bank yang bertransformasi dari model bisnis, startegi bisnis hingga produknya. Kedua, bank digital yang lahir dari npl sebagai bank digital.
Transformasi ini merupakan konsekuensi dari perubahan tatanan sektor keuangan akibat perkembangan teknologi. "Pola konsumsi sudah berubah jadi kami tidak bisa bertahan dnegan pola model bisnis yang sekarang. Artinya konsumen mengharapkan dan menuntut perubahan," katanya
Share Berita